Dua Dekade JAFF: Merawat Industri Perfilman dari Kacamata Sineas Perempuan
Telah berdiri selama dua dekade, Jogja-NETPAC Asian Festival (JAFF) bukan sekadar festival film. JAFF telah membangun ruang kultural, rumah besar, tempat bernaung, bahkan ambil bagian dalam ekosistem film itu sendiri. Bukan hanya untuk mewadahi penayangan film, berbagai kesempatan tersedia melalui festivalnya, keterbukaan akses ini diakui oleh insan perfilman yang tidak ketinggalan menghadiri perhelatan JAFF pada tahun ini.
Produser sekaligus co-founder BASE Entertainment, Shanty Harmayn, mengakui keberhasilan JAFF dalam menjaga sinema selama ini bukan sesuatu yang mudah. Mengikuti perjalanan festival film yang diinisiasi oleh Garin Nugroho sedari awal, JAFF telah menghidupkan industri bersama dengan berkembangnya film Indonesia. Ini sesuai dengan tema ‘Transfiguration’ yang menandai transfigurasi menuju festival yang lebih baik dan berdampak. “Sangat sangat penting festival, seperti JAFF, itu tetap hidup, karena itu adalah salah satu api untuk memastikan bahwa kita merawat sinema, kita merawat apresiasi sinema, kita merawat cinematic experience, kita merawat movie going habit, kita merawat emerging filmmaker. Jadi, ada banyak sekali elemen-elemen penting yang diemban oleh JAFF,” ucap Shanty, produser film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) (Ho Wi Ding, 2024).
Sutradara Kamila Andini (Before Now And Then/2022, Yuni/2021, Sekala Niskala/2017) menilai JAFF selalu mampu menjadi tempat yang setara untuk industri perfilman Indonesia. Sepanjang sejarahnya JAFF selalu berusaha menciptakan ruang seluas-luasnya untuk siapapun yang berada di ekosistem perfilman. Upayanya ini menunjukkan kemampuan JAFF untuk terus tumbuh. Tidak hanya merawat sinema, JAFF menggaungkan berbagai elemen yang mengelilingi industri. Mulai dari ruang aman yang inklusif sampai dengan kepedulian terhadap lingkungan tidak pernah gagal disoroti dalam penyelenggaraannya. Tahun ini, JAFF bahkan mengusung green policy sebagai bentuk kepeduliannya menyehatkan seluruh kehidupan dalam festivalnya. “Di titik ini, saya melihat memang JAFF tuh juga punya kemampuan untuk terus tumbuh dan memperbaiki dirinya lagi dan lagi. Semakin ke sini, saya lihat semakin solid, terus concern terhadap lingkungan, terhadap safe space, terus juga semakin banyak ruang-ruang hal lain di sekitar festival itu juga semakin disehatkan,” ucapnya.
Menurut produser film peraih box office SORE: Istri dari Masa Depan (Yandy Laurens, 2025), Suryana Paramita, meyakini keberhasilan JAFF akan selalu mendapatkan dukungan dari berbagai pelaku dan penikmat sinema. JAFF yang senantiasa ada bahkan telah berkontribusi cukup banyak terhadap industri perfilman, memenuhi harapannya sendiri. Namun demikian, harapan untuk JAFF mengembangkan film dihaturkan bersama dengan ekosistem perfilman. Suryana mengatakan kesempatan untuk kolaborasi dan melahirkan sineas muda tampak dari DNA JAFF yang mampu terus berinovasi. “Harapannya lebih tumbuh lagi pastinya. Saya sebenarnya bukan harapan, saya menunggu atau ingin melihat juga inovasi-inovasi lagi dari JAFF. Karena itu memang saya melihat DNA-nya JAFF memang selalu ingin mengembangkan dirinya, memperluas dirinya lagi,” ucap Suryana.
Mengamini kontribusi JAFF terhadap industri perfilman, Aktris Pendukung Terbaik Piala Citra Festival Film Indonesia 2021, Marissa Anita, mengatakan festival film ini dapat membuka kesempatan regenerasi dalam industri perfilman, termasuk untuk sineas perempuan. Hal ini sejalan dengan terbukanya berbagai peluang bagi perempuan dalam industri perfilman. Baginya, kehadiran JAFF dapat menguatkan ekosistem film menjadi lebih kolaboratif dan sehat bagi generasi selanjutnya.
Writer: Shofiatunnisa Azizah
Photos: JAFF Documentation Team




