Tumbuh berkembang menuju kedewasaan berfikir dalam melangkah, Forum Komunitas (Community Forum) Jogja NETPAC Asian Film Festival adalah ruang yang turut serta mengiringi tumbuh kembang komunitas film di Indonesia sebagai soko guru perfilman Indonesia. Seperti siklus bunga Sakura yang dimulai dari mekar hingga gugur, siklus ini pun terjadi di semua sendi kehidupan. Mungkin terkesan monoton, tapi yang membuat setiap siklus ini berbeda adalah tentang apa saja yang dialami dalam setiap siklus. Dengan hadirnya JAFF ke 17 dalam siklus ini dapat memberikan kesan bahkan dorongan untuk melakukan sesuatu yang berarti sebelum siklus ini terhenti.
Merefleksi kurun waktu 2 tahun ini, pandemi merubah semua kebiasaan-kebiasaan yang fundamental pada seluruh elemen masyarakat, pembatasan ruang dan perjumpaan, tak membatasi kreatifitas para aktivis film berkarya dengan penyesuaian-penyesuaian aturan pemerintah yang berlaku, pembaharuan dalam produksi, penjelajahan ruang artistic, ruang ekspresi, ruang ekibisi, serta memunculkan dan merebaknya bakat-bakat baru dalam landscape sinema asia.
Kegiatan perfilman bukan hanya sekedar penonton, layar, dan proyektor. Pertemuan antar sesama penggiat film inilah yang justru dinanti, saling bersapa, berkenalan, berpelukan, dan saling memberi solusi menjadi hal yang dirindukan setelah selama 2 tahun ini, dimana kita hanya bertatap muka melalui gawai, komunikasi secara langsung dan sosialisasi bisa jadi menjadi salah satu jembatan ide dan kelancaran bagi para punggawanya yang dikemas melalui program Presentasi Komunitas dan Layar Komunitas, untuk mengobati kerinduan para kawula untuk saling meluapkan gagasan dan emosinya dari 56 komunitas film yang hadir dan akan berpartisipasi dalam ajang Community Forum JAFF #17.
Perjumpaan relasi sudah mulai berjalan normal, catatan-catatan kecil dari sebuah perjalanan dan pengalaman merespon ruang terekam dalam bentuk tulisan dan film. Pertukaran atau residensi seni mewujud pada program Socio Culture Practitioner dan Participator Thailand International Derstination Film Festival.
Bibit baru ini perlu dibekali dengan segenap kompetensi. Pendekatan social budaya dalam lingkup perfilman asia perlu untuk dibahas ditengah gempuran film dari luar. Pendidik bahu membahu mengemban amanah ini untuk untuk diteruskan kepada kawula muda supaya melanggengkan karya film Indonesia dikancah internasional serta menjawab tantangan jaman oleh pemateri yang mengisi presentasi dari Program Indonesiana KEMENDIKBUD RISTEK dan Badan Perfilman Indonesia. Mereka akan membagikan pengalaman saat bagaimana menghadapi tantangan saat berkecimpung di dalam lingkungan perfilman Asia dan Dunia.
Semenjak JAFF menjadi salah satu ruang literasi film bagi aktivisnya dengan beragam film yang ditayangkan dari tahun 2006. Pengarsipan dan pengelolaan di era digitalpun juga dituntut lebih maju. Pada tahun ini JAFF memiliki divisi baru di Yayasan Sinema Yogyakarta yakni JAFF Archieve berkesempatan untuk membeberkan bagaimana upaya pengelolaan hingga preservasi film-film yang sudah pernah di submit dan di tayangakan serta mempresentasikan fungsi dari archieve itu sendiri.
Dalam hal distribusi dan eksibisi, selalu menjadi permasalahan tersendiri bagi para filmmaker dengan karya-karya yang sudah dihasilkan. Distribusi film adalah hal yang harus dilakukan dan dimunculkan, kehadiran palaku STRATEGY OF DISTRIBUTION FILM FESTIVAL & SURPRISE SCREENING memberikan solusi bagi filmmaker mendistribusikan dan memasukkan film ke sebuah ajang festival. Tak luput dari itu, film membutuhkan ruang penayangan alternatif dan menumbuhkan nilai ekonomi dari sebuah karya film, muncul solusi dengan berbagai macam platform VoD dan OTT yang menginisiasinya, salah satunya adalah Bioskop Online bisa menjadi percontohan untuk para sineas muda tentang bagaimana menayangkan karya filmnya.
Peran penting jejaring antar komunitas film menjadi jembatan penghubung yang kaitannya dengan saling bertukar berbagai macam ide dan gagasan serta edukasi bagaimana membangun komunitas film berdaya guna dalam bentukan program yg dilakukan oleh Indonesian Film Community Network (IFCN).
Spesial untuk tahun ini, JAFF mengundang 17 karya film yang disutradarai oleh perempuan. Kesetaraan gender menjadi hal yang penting dan salah satu cara memantau seberapa banyak pertumbuhan dari sutradara-sutradara perempuan yaitu dengan memberikan ruang berekspresi bagi mereka.
Pelajaran berharga bagi dunia sepakbola Indonesia dari peristiwa Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang merenggut ratusan nyawa manusia, JAFF merespon dengan program “Sepak Bola Untuk Semua” – penayangan 7 film bertema supporter sebagai wujud rasa simpati – empati menyuarakan kegundahan terhadap peristiwa tersebut dan melalui film semoga menjadi media rekonsiliasi serta harapannya bisa menjadi alat pemersatu bagi supporter bola di seluruh Indonesia.
Bagi para sineas yang sudah pernah merasakan manisnya perhelatan JAFF juga diharapkan dapat membawa vibes festival di komunitas dan daerah masing masing. Community Forum tahun ini berusaha menghadirkan perjumpaan kembali untuk komunitas film yang lebih beragam dari sebelumnya. Dari pertemuan ini, diharapkan kawan kawan komunitas bisa saling berkolaborasi membuat karya bersama. Sampai berjumpa.
SALAM SINEMA
Arief Akhmad Yani
Muhammad Isba Alwi Purnama
Arsyadi Rinuaji Fadilah,
Mahdi Muhammad Shiddiq