Skip links

Eksplorasi dan Refleksi Dua Dekade Karier Reza Rahadian

Tahun 2025 menjadi sebuah momentum dua dekade, baik bagi gelaran JAFF, begitu pula perayaan perjalanan karir Reza Rahadian di industri perfilman Indonesia. Selama dua puluh tahun terakhir, Reza merefleksikan perjalanan karir profesionalnya serta mengeksplorasi bentuk-bentuk karya yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Tahun ini, ia menerbitkan buku “Mereka yang Pertama”, yang memuat kisah personal, pengalaman awal, serta orang-orang yang menjadi pondasi penting dalam perjalanan hidup dan karirnya serta menyutradarai film panjang pertamanya, Pangku, dan sekaligus menulis skenarionya bersama Felix K. Nesi. Karya film panjang pertama yang langsung memenangkan 4 penghargaan di Busan International Film Festival serta 4 Piala Citra FFI 2025, termasuk Film Terbaik.

Perhelatan JAFF20 menghadirkan program kolaborasi spesial “Reza Rahadian: 20 Years Reflection” yang mewakili perjalanan karirnya, di antaranya adalah penayangan tiga film yang dibintangi oleh Reza, yaitu Something in the Way (Teddy Soeriaatmadja, 2012), Guru Bangsa Tjokroaminoto (Garin Nugroho, 2015), dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Edwin, 2021) yang memiliki keunggulan dari aspek desain produksi, kostum, dan akting. 

Film Something in the Way karya sutradara Teddy Soeriaatmadja yang tidak pernah tayang di jaringan bioskop, kali ini dihadirkan oleh JAFF20 melalui layar lebar untuk memeriahkan refleksi 20 tahun Reza Rahadian. Film garapan Teddy selalu berbicara tentang koneksi dan hubungan antar individu. Dalam Something in the Way, Reza dengan sangat baik menghidupkan Ahmad, karakter utamanya, dengan segala kecanggungan hubungannya namun alami. Lewat film berdurasi 90 menit ini, Reza Rahadian terpilih menjadi Aktor Terbaik di ajang Film Pilihan Tempo dan untuk pertama kalinya, Reza Rahadian diperkenalkan dengan ajang festival film internasional.

Film fiksi biopik Guru Bangsa Tjokroaminoto (The Hijra) garapan Garin Nugroho mengisahkan perjuangan pahlawan nasional Haji Oemar Said Tjokroaminoto melawan penindasan Belanda, mendirikan Sarekat Islam (SI) guna memperjuangkan hak-hak kaum pribumi lepas dari kekerasan, menghadapi perkembangan Sarekat Islam yang kian pesat serta didesak dengan tantangan pemerintahan Belanda dan perpecahan internal akibat perbedaan ideologi. Lekatnya peran Reza Rahadian dalam memerankan tokoh Tjokroaminoto mampu memperlihatkan betapa gagahnya Tjokro dalam berideologi dan mendidik pemuda-pemuda calon pemimpin bangsa.

Dalam film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas dari sutradara Edwin, Reza membuktikan kemampuan eksplorasi perannya yang terus berkembang. Reza menghidupkan karakter antagonis bernama Budi Baik dengan luar biasa dan menuai pujian dari kritikus serta pengamat film.

Walau sudah 20 tahun berkarya melalui film layar lebar, Reza pun terus melakukan pertunjukan teater. Melalui sebuah sesi tanya jawab setelah pemutaran filmnya kemarin, Reza mengatakan bahwa teater dan film adalah penyeimbang satu sama lain yang saling menguntungkan. Lewat jiwa ambisius, kompetitif, dan totalitas, Reza Rahadian ingin terus berkiprah panjang dan memberikan yang terbaik melalui karya-karyanya. Dalam momentum Refleksi 20 Tahun, Reza Rahadian menggarisbawahi bahwa ini semua bukan soal besar kecilnya sebuah karya tapi soal sensitivitas seorang seniman untuk membaca ruang sekitar guna menciptakan cerita yang dekat dengan banyak orang.

Hari ini, di hari keempat JAFF, Reza akan kembali hadir di Main Stage, untuk meet & greet dan bincang-bincang dalam program Booktalk untuk buku pertamanya, “Mereka yang Pertama”.

Penulis: Zahratul Istifaizzah

Foto: JAFF Documentation Team

Leave a comment