Skip links

Merekonstruksi Perjalanan Karya White Shoes & The Couples Company dalam Cinematic Concert JAFF20

Pada hari ketujuh gelaran JAFF20, tampak sebuah momen yang menarik perhatian. Ketika beberapa studio di Empire XXI Yogyakarta mulai lengang karena larutnya malam, di depan Studio 1 justru terlihat antrean panjang yang mengular hingga ke area lobi. Mereka adalah para penonton yang tengah menanti Cinematic Concert: White Shoes & The Couples Company. Beragam usia tampak memenuhi antrian, membuktikan bahwa WSATCC tetap menjadi entitas musik legendaris dengan penggemar lintas generasi.

Cinematic Concert selalu menjadi salah satu program yang paling banyak dinantikan penonton JAFF dan tahun ini memadukan pengalaman menonton film dokumenter White Shoes & The Couples Company Di Cikini (Henry Foundation, 2016) dengan keintiman penampilan yang dibawakan oleh WSATCC itu sendiri. Film dokumenter berdurasi 84 menit menjadi pembuka pertunjukan yang mengantarkan penonton untuk mengenal lebih dekat perjalanan idolanya dan merekonstruksi keping-keping memori mereka saat pertemuan pertamanya dengan karya WSATCC. Film ini merupakan jenis dokumenter dengan sinematografi yang mentah, namun alur cerita yang matang. Henry selaku sutradara sepertinya memang ingin menempatkan penonton agar ikut terjun langsung menyaksikan lika-liku perjalanan WSATCC sejak tahun 2002 di kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Cikini, Jakarta.

Selepas pemutaran dokumenternya, para personil WSATCC langsung mengambil alih studio. Penonton bersorak semangat meskipun malam semakin larut. Mereka menampilkan wajah musik Indonesia era 1960–1970-an melalui musikalitas karya khasnya. Perpaduan jazz dan pop klasik yang dibalut kisah keseharian muda-mudi Indonesia dikemas begitu rapi, hingga mengundang tepuk tangan meriah. Sebanyak 13 lagu dibawakan, ditutup dengan encore yang membuat penonton bangkit dari kursi dan berdansa bersama “The Cikini Finest”.

Aprilia Apsari, sang vokalis mengungkapan bahwa momen ini merupakan pertemuan berharga antara seni musik dengan industri film. Dia mengakui, ini bukan pertama kalinya WSATCC bersinggungan langsung dengan industri film. “Kami memiliki hubungan dengan dunia film sangat dekat. Selain karena berasal dari kampus seni IKJ, debut pertama kali kami adalah di film Janji Joni (Joko Anwar, 2005),” ujar Aprilia. 

Dalam penampilan WSATCC malam itu, mereka juga memasukkan potongan film Cinta Pertama (Teguh Karya, 1973) sebagai visual latar belakang penampilannya. WSATCC berharap peluang untuk musik dan sinema dapat bersinergi bersama akan terus terbuka lebar, terutama melalui festival-festival film seperti Jogja-Netpac Asian Film Festival ini.

Writer: Hasan Daffa ‘Abdillah

Photos: JAFF Documentation Team

Leave a comment