Skip links

Menangkap Dinamika Hidup lewat Film Pendek Asia di Panggung JAFF20

Di hari ketujuh Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-20 (JAFF20) masih menayangkan program kompetisi Light of Asia, sebuah ruang bagi sineas Asia untuk menunjukkan film-film pendek yang menuangkan gagasan besar ke dalam cerita yang intim. Deretan film seperti A Better Place (Ben Oui, 2025), After Colossus (Timoteus Anggawan Kusno, 2025), Au Revoir Siam (Domenico Singha Pedroli, 2025), Honey, My Love, Sweet (JT Trinidad, 2025), hingga Vox Humana (Don Josephus Raphael Eblahan, 2025) ditayangkan dan sama-sama mengangkat isu sosial yang relevan. Mulai dari penipuan, kekerasan, hingga realisme magis yang dikemas dengan sensibilitas personal khas para pembuat filmnya.Keragaman perspektif melalui film pendek juga dihadirkan melalui program Asian Perspectives Shorts yang di hari ketujuh JAFF20 dikompilasi dalam Asian Perpectives Short 1 dan 3. Menampilkan film-film dengan kisah yang fokus pada ingatan, realitas, dan cara manusia memaknai pengalaman hidupnya. Don Quixote (Rahil Fallahfar, 2025) dan Agapito (Arvin Belarmino & Kyla Romero, 2025) sama-sama mengangkat hubungan antar-manusia melalui pertemuan dan waktu yang tersisa. Sementara, Wind (Moeinoddin Jalali, 2025) dan Mirage: Eigenstate (Riar Rizaldi, 2024) lebih mengeksplorasi sejarah dan persepsi realitas melalui pendekatan visual yang tidak biasa. Ada juga yang menghadirkan perjalanan personal karakter untuk memahami perasaan, trauma, dan rasa kehilangan seperti Orlo with Karma (Kangdrun, 2025), A Very Straight Neck (Neo Sora, 2025), dan When the Fan Stops (Hyein Lim, 2025). 

Film-film pendek yang dikompilasi dalam program Asian Perspectives Short 3, menekankan pada tema perubahan dan perpisahan, baik yang terjadi pada diri sendiri, lingkungan, maupun hubungan. Ada Creature Feature (Martika Ramirez Escobar, 2025), Heading West (Sulla/Ngan Nguyen, 2025), dan The Last Swimming Reunion Before Life Happens (Glenn Barit, 2024) yang sama-sama berusaha untuk menangkap dan menyimpan sebuah momen indah menjelang perpisahan sebelum melangkah ke fase hidup yang baru. Di sisi lain, Moti (Yash Saraf, 2025) dan NO!!!! (Oktania Hamdani & Winner Wijaya, 2025) menyoroti perubahan identitas dan pilihan hidup yang tidak terduga. Ada juga Once Upon a Time There Was a Mountain (TO Chun Him, 2025) dan Yellow MashiMashi Rhapsody (Beta) (Masahiro Saito, 2025) menghadirkan kisah persahabatan dan proses tumbuh dewasa dengan cara yang lebih santai dan menghibur. Secara keseluruhan, program ini menampilkan bagaimana manusia menghadapi perubahan, baik yang emosional maupun yang terjadi secara tiba-tiba dalam keseharian.

Film-film pendek pilihan dari sinema Asia yang dikompilasi dalam program kompetisi Light of Asia dan program non-kompetisi Asian Perspectives Shorts, menunjukkan bagaimana JAFF tidak hanya menjadi ruang pemutaran film, tetapi juga wadah penting bagi sineas Asia untuk bereksperimen dan berbagi cara pandang mereka terhadap kehidupan. Kedua program ini memiliki tujuan yang sama yaitu menggambarkan realitas Asia melalui cerita-cerita pendek yang jujur, dekat, dan relevan. Kehadiran program ini menegaskan posisi JAFF sebagai festival yang mendorong keberagaman suara, mempertemukan perspektif baru, serta memperkuat peran film pendek sebagai medium penting dalam peta sinema Asia masa kini.

Penulis: Ainani Tajriani, Hasan Daffa ‘Abdillah, Shabrina Eka Arilistya


Foto: Tim Dokumentasi JAFF

Leave a comment