Skip links

Masterclass with Ann Hui: Ketika Sinema Menjadi Cermin Kehidupan Nyata

Pada edisinya ke-20, JAFF kembali berkolaborasi dengan Asian Film Awards Academy (AFAA) menghadirkan program Hong Kong Film Gala Presentation. Salah satu program andalannya adalah Masterclass with Ann Hui, salah satu filmmaker perempuan ternama di sinema Asia yang telah berdinamika lebih dari empat dekade dengan 27 karya yang berada di bawah namanya. Program Masterclass diadakan kemarin, pada hari ketiga JAFF, setelah penayangan salah satu filmnya, A Simple Life (2011). 

Ann membuka diskusi dengan merefleksi peran sutradara yang telah berevolusi dalam beberapa dekade ke belakang. Saat ia baru mulai mempelajari perfilman, industri ini masih dianggap sebagai sesuatu yang baru dan langka. Namun, hari ini sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bagi beliau, definisi dari seorang sutradara bergantung pada situasi produksi, dalam beberapa film seperti July Rhapsody (2002), ia hanya mengeksekusi naskah yang sudah ada, sementara di proyek lain ide cerita datang dari dirinya sendiri. “Jadi, sifatnya sangat ad hoc. Saya rasa satu hal yang tidak berubah adalah Anda memiliki ide atau cerita tertentu yang ingin ditampilkan di layar dan dieksekusi, sedangkan soal bagaimana caranya, itu masalah lain. Namun, sutradara bisa dibilang adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengupayakan agar hal tersebut terlaksana,” ujarnya.

Ann Hui menyoroti bahwa dewasa ini siapa saja bisa menjadi sutradara karena adanya kemudahan teknologi. Menurutnya, meskipun bukan film layar lebar dengan durasi yang panjang, karya visual yang mengekspresikan diri pembuatnya tetap menjadikan orang tersebut seorang sutradara. Siapa sangka, Ann Hui pada awalnya tidak berniat untuk terjun ke dunia film. Ketertarikannya beralih ketika ia merasa frustasi dengan tugas tesisnya dan mulai lebih sering menonton film dan menulis esai tentang film. Kemudian, Ann Hui mendaftar ke London Film School pada akhir 1960-an, dan di sana ia memperoleh momen revolusioner, di mana sekolah film memberikan pencerahan kepadanya bahwa semua seni sebenarnya berasal dari kehidupan. 

Dalam Masterclass ini juga diputar cuplikan beberapa filmnya yang mendapat perhatian publik, yakni The Secret (1969) yang menjadi debut penyutradaraannya dan Summer Snow (1995) yang meraih penghargaan Best Director di Golden Horse Awards dan Hong Kong Film Awards. Program ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang ditanggapi dengan antusiasme dari audiens serta masukan dari Ann Hui bagi para sineas muda untuk tetap belajar dari film-film klasik, untuk lebih memperoleh pembelajaran terkait produksi dari film-film tersebut. Ia juga menekankan bahwa motivasi utama haruslah kecintaan pada medium film itu sendiri, bukan sekadar ketenaran.

Jangan lewatkan juga lanjutan dari rangkaian program Hong Kong Film Gala Presentation, yaitu pemutaran Short Films Compilation, Four Trails (Robin Lee, 2023), dan Keep Rolling (Man Lim Chung, 2021) di Empire XXI. Temukan informasi lengkapnya di jaff-filmfest.org dan @jaffjogja.

Penulis: Shabrina Eka Arilistya
Foto: Tim Dokumentasi JAFF

Leave a comment