Skip links

Sneak Peek Four Seasons in Java (Empat Musim Pertiwi) dan Keberanian Kamila Andini Menguak Luka

Dalam program sneak peek di perhelatan JAFF 2025 hari kedua kemarin, sutradara Kamila Andini mengungkapkan bahwa Four Seasons in Java sebagai film tersulit yang pernah ia kerjakan selama kariernya. Tantangan ini bukan hanya soal teknis pembuatan film semata, melainkan bobot emosional yang sangat besar karena menyentuh isu kekerasan seksual dan trauma yang mendalam. Kamila mengakui bahwa proses risetnya sangat panjang dan melelahkan karena ia harus menjawab banyak pertanyaan sulit tentang bagaimana memotret subjek sensitif ini dengan cara yang paling tepat dan terstruktur.

Cerita tentang Pertiwi (karakter utama dalam Four Seasons in Java) sudah mulai ditulis Kamila sejak tahun 2017 dan terinspirasi dari berbagai kejadian nyata yang memilukan hati. Ia sempat ragu untuk melanjutkan. Namun, membaca berita tentang korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh sosok berkuasa serta kisah keluarga di Indonesia Timur membuatnya merasa kembali tergerak dan terus melanjutkan. Film ini dipersembahkan bagi suara-suara yang selama ini terbungkam dan menjadi representasi visual dari rasa sakit yang sering kali tidak memiliki ruang di layar lebar.

Karya ini menjanjikan sebuah eksplorasi yang menggabungkan realisme kehidupan yang keras dengan sentuhan surealisme yang menghantui. Dengan segala kompleksitas emosi yang ditawarkan, film ini diharapkan mampu menjadi pemantik diskusi penting mengenai keadilan dan pemulihan trauma. Four Seasons in Java (Empat Musim Pertiwi) dijadwalkan akan menyapa penonton pada tahun 2026 dan tentunya menjadi salah satu karya yang patut dinantikan kehadirannya di bioskop.

Writer : Meutia Rafa Anandita 
Photos : JAFF Documentation Team

Leave a comment