Skip links

Penghargaan

Hanoman Award

Hanoman Awards  merupakan kompetisi untuk film-film panjang yang dibuat oleh sutradara terkemuka dan pembuat film muda yang akan menjadi masa depan perfilman Asia. Pemenang pertama akan mendapatkan Golden Hanoman, dan pemenang kedua akan mendapatkan Silver Hanoman.

NETPAC Award

NETPAC Award bertujuan untuk melihat beragam perspektif Asia dalam karya pertama atau kedua sutradara yang akan membentuk masa depan film Asia.

Blencong Award

Ini adalah program kompetisi untuk film pendek Asia, yang akan memenuhi syarat untuk memenangkan Blencong Awards, sebagai film pendek Asia terbaik.

Indonesian Screen Award

Ini adalah program kompetisi film panjang dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival untuk para pembuat film terkenal dan talenta muda yang mewakili masa depan perfilman Indonesia. Dalam bagian ini, terdapat 6 penghargaan; Best Film, Best Director, Best Storytelling, Best Cinematography, Best Performance and Best Editing.

GEBER Award

GEBER AWARD dianugerahkan kepada film Asia terbaik yang merupakan karya pertama atau kedua dari sutradara yang akan mewakili masa depan sinema Asia. Pemenangnya akan dipilih oleh komunitas film Indonesia. Penghargaan ini merupakan cara bagi komunitas film Indonesia untuk menunjukan perspektif mereka terhadap isu-isu yang tidak banyak dibicarakan dan kontroversial.

Student Award

STUDENT AWARD diberikan kepada film pendek Asia terbaik dalam program Light of Asia. Pemenang dipilih oleh perwakilan mahasiswa perfilman di Yogyakarta.

19th JAFF Honorary AWARDS

Aruna Vasudev

Aruna Vasudev

Aruna Vasudev (1936–2024), yang dikenal sebagai "Godmother dari Sinema Asia," adalah seorang pembuat film, direktur festival, akademisi, dan jurnalis. Dr. Aruna Vasudev dikenal luas atas karyaknya mendirikan NETPAC (Network for the Promotion of Asia Pacific Cinema), sebuah lembaga nirlaba independen yang ia dirikan pada tahun 1991 dengan tujuan khusus memperkenalkan sinema Asia Pasifik kepada audiens yang lebih luas. Visi besarnya dalam membawa sinema Asia ke panggung global telah secara signifikan membentuk cara publik internasional dalam menghargai sinema Asia.
Dedikasinya tercermin dalam berbagai inisiatif perintis, termasuk mendirikan majalah triwulanan pertama tentang sinema Asia, Cinemaya, serta menyelenggarakan Cinefan: Festival Sinema Asia pada tahun 1999. Selain itu, ia turut mendirikan cabang FIPRESCI di India bersama Chidananda Dasgupta pada tahun 1992. Selain keterlibatannya di berbagai festival film, ia juga menulis, menyunting, dan berkontribusi dalam sejumlah buku, artikel, dan esai penting tentang sinema. Karya-karyanya meliputi Liberty and License in the Indian Cinema (1978), Indian Cinema Superbazaar (1983), Les Cinemas Indiens (1984), Frames of Mind: Refleksi tentang Sinema India (1996), Being and Becoming: The Cinemas of Asia (2002), Modernity & Nationality in Vietnamese Cinema (2007), dan Kenji Mizoguchi and the Art of Japanese Cinema (2008).
Penghargaan Kehormatan JAFF ke-19 diberikan secara anumerta sebagai pengakuan atas kontribusi luar biasanya terhadap sinema Asia, yang turut memperkuat fondasi JAFF.

Hendrick Gozali

Hendrick Gozali

Sebagai sosok ikonik dalam perfilman Indonesia, Hendrick Gozali (1939–2024) dikenal atas kontribusinya yang besar dalam produksi film nasional, menghasilkan sekitar 40 judul film sejak tahun 1970. Beberapa karya terkenalnya antara lain: Boni dan Nancy (1974), Ranjang Pengantin (1974), Ranjang Siang Ranjang Malam (1976), Buah Terlarang (1979), Perempuan dalam Pasungan (1980), dan Tirai Malam Pengantin (1983). Selain berperan sebagai produser, ia juga pernah menempati berbagai posisi dalam industri film, seperti asisten sutradara dan direktur perusahaan distribusi serta produksi film, PT. Garuda Film. Perusahaan ini memiliki pengaruh besar dalam mengimpor film-film Hong Kong ke Indonesia sebelum akhirnya memproduksi film-film klasik Indonesia. Oleh karena itu, Penghargaan Kehormatan JAFF tahun ini diberikan secara anumerta kepada beliau atas dedikasinya dalam memajukan industri perfilman Indonesia yang terus berkembang.

Kim Dong-Ho

Kim Dong-Ho

Sebagai pendiri dan mantan direktur Busan International Film Festival, salah satu festival film terkemuka di Asia, Kim Dong-Ho tetap menjadi sosok yang dirayakan dan dihormati dalam dunia perfilman Asia. Kontribusinya dalam sinema sangat luas dan beragam, mulai dari penunjukannya sebagai presiden Korean Motion Picture Promotion Corporation (sekarang Dewan Film Korea) pada 1988 hingga mendirikan Graduate School of Cinematic Contents yang terkenal di Universitas Dankook. Kontribusi budayanya yang signifikan telah mendapat pengakuan internasional, seperti penghargaan Knight of the Legion of Honor di Prancis, Medali Fellini dari UNESCO yang bergengsi (2007), dan Silver Crown Award dari Orde Kebudayaan Nasional Republik Korea.
Selain itu, ia memulai debut sebagai sutradara melalui film pendek Jury (2012) dalam rangka peringatan 10 tahun Asiana International Short Film Festival. Sejak saat itu, ia terus berperan penting dalam produksi film sebagai produser eksekutif untuk sejumlah film layar lebar yang meraih banyak pujian, seperti 10 Minutes (2014), End of Winter (2016), dan Seeds of Violence (2017). Penghargaan Kehormatan JAFF ke-19 dianugerahkan kepadanya atas kontribusi berkelanjutan dan krusial yang ia berikan bagi perkembangan sinema Asia.