Potret Perempuan dalam Program Hari Kedua JAFF 19
KARAKTER PEREMPUAN TANGGUH DALAM THE SHADOW STRAYS
Pada hari kedua kemarin, Netflix mengupas behind the scene film The Shadow Strays dari sutradara Timo Tjahjanto dalam program public lecture yang digelar di Empire XXI Jogja. Mengusung konsep underworld bergenre laga, film ini mengangkat kekuatan perempuan yang seringkali terbelenggu oleh stigma yang melihat perempuan sebagai individu yang lemah. Tokoh utamanya diperankan oleh Aurora Ribero yang berhasil menghidupkan karakter bernama 13 atau Nomi, perempuan protagonis yang persisten.
Selain Timo, diskusi juga dihadiri oleh co-producer Daiwanne P Ralie, sinematografer Batara Goempar, dan editor Dinda Amanda. Dari diskusi disampaikan bahwa persiapan film ini melewati proses yang cukup panjang dan menantang. Dari latihan keras para aktor yang tidak memiliki latar belakang beladiri sampai pembuatan wardrobe yang terinspirasi dari kostum ninja yang dipikirkan dengan sangat matang dan butuh waktu sekitar dua bulan untuk menyiapkannya.
Diselenggarakan di studio 2 Empire XXI, public lecture berlangsung seru bersama para peserta yang antusias menggali segala hal di balik pembuatan The Shadow Strays.
PEREMPUAN MUDA DAN KONFLIK ADAT & MODERNITAS DI FILM TALE OF THE LAND
Dari deretan film yang melakukan Indonesian Premiere di JAFF 19, salah satunya adalah Tale of the Land, sebuah debut film panjang oleh Loeloe Hendra. Film berdurasi 98 menit ini merupakan produksi kolaborasi Indonesia, Filipina, Qatar, dan Taiwan, yang menggabungkan elemen drama dengan realitas sosial yang sarat makna. Dengan dialog dalam bahasa Indonesia dan Kutai, Tale of the Land menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam sekaligus menggugah rasa.
Sejak pagi, antrean panjang terlihat di area screening, menunjukkan tingginya antusiasme penonton. Ketika film dimulai, suasana dalam studio berubah hening, dengan penonton terhanyut dalam cerita May yang penuh konflik emosional. Reaksi penonton terlihat jelas, mulai dari keheningan penuh emosi saat momen menyentuh, hingga decak kagum saat sinematografi menampilkan keindahan Danau Melintang, yang menjadi latar utama kisah ini.
“Tontonan ini benar-benar berbeda,” ujar salah satu penonton. “Saya merasa seperti ikut masuk ke dalam dunia May, merasakan perjuangannya, dan terhubung dengan masalah sosial yang diangkat.”
Film ini tidak hanya menawarkan kisah personal May, tetapi juga menggambarkan konflik yang lebih luas, yakni antara adat dan modernitas. Salah satu tema utama adalah tekanan dari industri tambang yang memaksa masyarakat adat untuk meninggalkan tanah mereka. “Ini adalah realitas yang sedang terjadi di Kalimantan. Film ini membuka mata kita tentang pentingnya menjaga lingkungan dan menghargai kearifan lokal,” ujar salah seorang peserta diskusi setelah film berakhir.
Tale of the Land bisa dikatakan menjadi sebuah refleksi sosial yang mendalam. Dari cerita May yang penuh perjuangan hingga realitas masyarakat adat Kalimantan yang harus menghadapi tekanan dari modernisasi, film ini meninggalkan kesan yang membekas di hati penonton. Dengan sinematografi yang indah, cerita yang menyentuh, dan penggambaran realita sosial khususnya di Kalimantan yang sangat tepat membuat film ini menjadi sebuah karya utuh yang mengagumkan.
Penayangan perdana ini ditutup dengan sesi diskusi yang seru bersama cast & crew yang mendapat tanggapan antusias dari para penonton. Film Tale of the Land yang juga masuk dalam program Main Competition akan ditayangkan kembali di JAFF 19 pada 2 Desember 2024 pukul 17.15 WIB di Empire XXI Studio 2.
KESEGARAN KOMEDI ROMANTIS PERTAMA DARI MEIRA ANASTASIA
Film Cinta Tak Seindah Drama Korea adalah debut sutradara Meira Anastasia. Film berdurasi 118 menit ini berhasil memikat hati penonton dengan alur cerita yang menggemaskan, karakter yang relatable, dan sentuhan khas drama Korea dalam gaya sinema Indonesia.
Mengisahkan seorang perempuan muda, Dhea (Lutesha) yang mendapat kejutan liburan ke Seoul dari kekasihnya, Bimo (Ganindra Bimo). Tanpa diduga, perjalanan ini membawa Dhea dalam perjalanan penuh keseruan dan dilema cinta. Bersama dua sahabatnya yang juga penggemar K-Drama, Kikan (Dea Panendra) dan Tara (Anya Geraldine), Dhea menikmati momen-momen manis hingga akhirnya tak sengaja bertemu cinta pertamanya, Julian (Jerome Kurnia). Pertemuan ini memunculkan pertanyaan besar: apakah hidupnya akan berubah menjadi drama Korea sungguhan?
Cerita ini tidak hanya membuat penonton bernostalgia dengan kenangan cinta pertama tetapi juga menawarkan komedi ringan yang mampu mengundang tawa dari awal hingga akhir. Suasana di dalam studio selama pemutaran dipenuhi dengan gelak tawa dan sorakan gemas penonton. Adegan-adegan lucu dari perjalanan karakter ke Korea hingga momen-momen romantis yang mengingatkan pada adegan klasik drama Korea membuat banyak penonton ikut bereaksi. Salah seorang penonton mengungkapkan, “Film ini seperti menonton K-Drama, tapi dengan gaya yang benar-benar Indonesia. Saya tidak berhenti tertawa dan gemas sepanjang film!”
Sutradara Bene Dion Rajagukguk yang terlihat ikut menonton, mengaku bukan penggemar K-Drama, tetapi justru tertarik untuk memahami fenomena tersebut lewat karya Meira ini. “Gue bukan pengikut Drakor, tapi setelah menyaksikan film ini, gue jadi paham kenapa orang suka gemes dan teriak-teriak sendiri waktu nonton. Ternyata jawabannya ada di cerita dan karakter yang dibuat relatable banget,” katanya sambil tertawa.
Timo Tjahjanto, sutradara The Shadow Strays turut hadir menonton, juga memberikan apresiasinya. “Film ini punya banyak plot, tapi semuanya terbungkus rapi. Gue salut dengan formula cerita yang digunakan. Meski bukan genre gue, gue bisa lihat betapa kuatnya penulisan karakter di sini,” ujarnya.
Sementara itu, Kamila Andini, sutradara film Before, Now and Then (2022) dan Yuni (2021) yang juga hadir, menyebut film ini sebagai tontonan yang seru dan menyenangkan. “Nggak cuma penonton yang ketawa intens, kita yang ada di sini juga ikut kebawa suasananya. Film ini bikin hati hangat,” ujarnya.
Setelah mengadakan Gala Premiere dan penayangan di JAFF 19, film Cinta Tak Seindah Drama Korea akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 5 Desember 2024.
News Contributor: Lorem Ipsum
Photos: JAFF Documentation Team