Menyemai Harapan di Zaman yang Sarat Kerawanan
Budi Irawanto
Presiden Festival
Meluasnya kekerasan di kawasan Timur Tengah yang melatari perpindahan massif penduduk serta kerusakan ekologis tiada henti menjadi penanda era kita, terutama di benua Asia. Pemboman yang disiarkan secara langsung ditingkahi oleh citraan video yang menyerukan mendesaknya uluran tangan amatlah berlawanan dengan absennya tindakan politik serta agresivitas media sosial merupakan gambaran memilukan dunia kita saat ini.
Kenyataan di atas memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan pada lingkungan dan merosotnya rasa kemanusiaan kita. Dieja secara lain, kita tengah hidup di zaman yang sarat kerawanan serta diselimuti oleh ketidakpasatian. Terlepas dari tantangan berat yang kita hadapi, masih ada secercah harapan bahwa kemanusiaan senantiasa berjaya di antaranya melalui sinema.
Kami percaya bahwa sinema menyodorkan medium yang menumbuhkan imajinasi bagaimana dunia yang adil dan lebih baik bisa dibangun. Daya naratif sinema memberikan perangkat yang amat berfaedah bagi ikhtiar mendobrak rasisme, seksisme, ageism serta ableism seraya memberikan penonton jendela untuk melongok masyarakat alternatif yang ditegakkan di atas fondasi nilai-nilai kesetaraan dan keadilan.
Berangkat dari visi di atas, The 19th Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) memilih ‘Metanoia’ sebagai tema besar festival tahun ini. Berasal dari kombinasi dua kata Yunani, ‘metá’ (berarti ‘melampaui’ atau ‘setelah’) dan ‘noeõ’ (berarti ‘persepsi,’ ‘pemahaman,’ atau ‘pikiran’), istilah itu merujuk pada kebangkitan spiritual atau relung kejiwaan manusia yang paling dalam. Jika ditafsir ulang, maka ‘metanoia’ bermakna ikhtiar tiada henti mencari hakikat kemanusiaan yang universal dan merawat harapan terhadap masyarakat yang manusiawi di seantero Asia.
Di tengah perjalanan menyalakan dan menyemai harapan bagi kemanusiaan masih berliku dan panjang, kami disentakkan oleh kepergian yang mendadak Aruna Vasudev, pejuang sinema Asia serta salah satu pendiri NETPAC (Network for the Promotion of Asian and Pacific Cinema). Aruna berperan besar bagi perkembangan JAFF sejak dihelat pada 2006. Kunjungan Aruna di Bioskop Mataram (yang kini telah tutup) di Yogyakarta menyatu dengan anak-anak penyintas gempa yang diundang untuk merasakan daya sembuh sinema. Lebih jauh, dedikasi Aruna yang tak kenal lelah dalam menempatkan sinema Asia di peta sinema dunia dan gagasannya yang visioner serta kehangatan yang memancar darinya telah meninggalkan jejak yang tak terhapus pada festival kami maupun lanskap sinema dunia.
Pada akhirnya, kami percaya bahwa sinema bakal mengingatkan penonton untuk terus mengusung harapan bagi solidaritas kemanusiaan serta mengajak mengimajinasikan kembali masa depan yang lebih baik tanpa penjajahan dan kekerasan.
Selamat menikmati festival!