From Theme to Visual: Translating the Spirit of Asian Cinema into Artistic Forms
Jadwal
Jadwal
Lokasi: Stage Empire XXI
Tanggal: Kamis, 4 Desember 2025
Waktu: 16:00 -17:30
Biaya Pendaftaran: Gratis
Pembicara:
Pembicara:
Wulang Sunu
Visual Artist
Wulang Sunu (lahir 1992, Yogyakarta) adalah seniman visual lulusan Desain Grafis ISI Yogyakarta (2016). Ia bekerja lintas media (gambar, lukisan, animasi, hingga instalasi) dengan tema yang kerap menyinggung pengalaman manusia, sejarah, dan mitologi, dibalut keseimbangan antara kegembiraan, kesedihan, dan humor.
Selain aktif di Papermoon Puppet Theatre (2011-2016), Wulang juga tergabung dalam Studio Batu, kolektif interdisipliner yang menggabungkan beragam displin seni dalam berkarya. Karyanya telah dipamerkan di berbagai negara, termasuk Australia, Belanda, Malaysia, dan Singapura.
Marzuki Mohamad a.k.a Kill The DJ
Visual Artist
Marzuki Mohamad a.k.a Kill The DJ adalah seorang visual designer yang juga dikenal sebagai Produser musik dan rapper. Ia mendirikan Jogja Hip Hop Foundation (JHF) pada tahun 2003 dengan album pertama Poetry Battle, perpaduan musik hiphop dengan lirik bahasa Jawa. Selain aktif bermusik, ia juga memberdayakan masyarakat di sekitarnya untuk menjadi petani agrikultur.
Kolaborasi Kill The DJ dengan JAFF sebagai visual artist sudah terjalin sejak penyelenggaraaan JAFF pertama, tahun 2006. Karya visualnya “I See The Light Is Fading Out” menjadi official artwork JAFF #1 dan juga kreator logo JAFF. Dan di tahun ini, Kill The DJ kembali membuat karya “I See The Light Is Fading Out #2” sebagai official artwork JAFF #15.
Moderator:
Ignatia Nilu
Art Curator
Ignatia Nilu adalah seorang penulis dan kurator seni independen yang dalam satu dekade ini juga terlibat sebagai kurator di ARTJOG, sebuah festival seni rupa kontemporer tahunan di Yogyakarta. Turut terlibat dalam beberapa festival dan proyek seni yang melibatkan kelindan seni kontemporer dan media baru, salah satunya Festival Komunitas dan Seni Media (FKSM). Baginya, teknologi bukan semata perkara kecanggihan masa depan, melainkan juga mencakup teknologi klasik dan pengetahuan lampau yang menginovasi cara hidup hari ini. Praktik kuratorialnya menjelajahi hubungan antara seni, budaya komunitas dan masyarakat serta ketertarikannya dengan dimensi sejarah yang menyentuh aspek performatif dan arsip hidup di hari ini.

