91 minutes | 2022 | Indonesia | Documentary | Indonesian | sub. English | 13+
91 minutes | 2022 | Indonesia | Documentary | Indonesian | sub. English | 13+
XXI 4 | TUE 29 NOV | 17:45
XXI 5 | FRI 2 DEC | 20:30
Pada masa pemerintahan Orde Baru (1966-1998) di bawah kepemimpinan presiden Soeharto. Sinema Indonesia melahirkan nama-nama besar yang masih dibicarakan sampai sekarang. Masa di mana sensor beroperasi dengan ketat dalam mengatur serta menjaga narasi yang boleh tampil ataupun tidak boleh ditampilkan di layar. Ini adalah masa di mana oposisi hanya dapat direpresentasikan melalui sudut pandang pemerintahan Orde Baru sendiri, untuk merawat suatu bahaya laten–musuh imajiner. Namun, dapatkah sinema mewakilkan keresahan zamannya? Dapatkah sinema berbicara tentang apa yang tidak boleh dibicarakan atau belum pernah dibicarakan?
Sutradara
I Gde Mika, Yuki Aditya
Produksi
Forum Lenteng
Kontak:
yukiaditya.yuki@gmail.com
I Gde Mika adalah pekerja budaya sedang menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan kajian sinema. Ia adalah salah satu anggota Forum Lenteng sekaligus partisipan Milisifilem Collective. Bergerak, berkolaborasi dalam pembuatan film bersama kawan-kawan; sebagai kameramen di film "Dolo" (2020) disutradarai Hafiz Rancajale, dan sebagai realisator bersama Yuki Aditya dalam film "Kelana Citra Jakarta" (2021) dan "Segudang Wajah Penantang Masa Depan" (2022).
Yuki Aditya merupakan lulusan Jurusan Administrasi Fiskal, Universitas Indonesia dan sempat bekerja sebagai Auditor Perpajakan di sebuah Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Ia adalah Direktur Festival Film Dokumenter dan Eksperimental ARKIPEL sejak 2013 dan menjadi produser dalam filem-filem yang diproduksi oleh Forum Lenteng; "Golden Memories: Petite histoire of Indonesian Cinema" (2018), "Om Pius…This is My Home Come the Sleeping" (2019), "Dolo" (2021). Bersama I Gde Mika berperan sebagai realisator dalam filem "Kelana Citra Jakarta" (2021) dan "Segudang Wajah Penantang Masa Depan" (2022).