SAMSARA

Bali, sekitar tahun 1932. Samsara mengisahkan tentang seorang pria dari keluarga miskin, Darta (Ario Bayu), yang ditolak oleh orang tua kaya dari wanita yang dicintainya, Sinta (Juliet Widyasari Burnett). Ia melakukan tawar-menawar dengan Raja Kera (Gus Bang Sada), menjalani ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan dan menikahi pujaan hatinya, yang sebelumnya ditolak oleh orangtuanya karena kemiskinan dan status sosial yang rendah. Setelah memperoleh kekayaan dan akhirnya menikahinya, perjanjian tersebut justru menjadi kutukan bagi dirinya dan anak mereka, di mana sang anak harus diserahkan kepada Raja Kera, dan ibunya harus menyusuinya serta bayi-bayi kera lainnya secara berkala. Tragedi pun menjadi kenyataan ketika sang anak mencapai usia dewasa dan ingin kembali ke rumah untuk bersama ibunya, melanggar batas antara manusia dan hewan. Ini adalah narasi universal yang berakar pada mistisisme Indonesia tentang rasa lapar yang tak terpuaskan untuk menjadi sesuatu yang bukan dirinya, serta batas-batas yang siap ditembus untuk mewujudkannya.
Produksi ini memadukan soundscape elektronik dengan elemen-elemen pertunjukan tradisional Bali, seperti orkestra gamelan, tarian tradisional, topeng, dan wayang. Di bawah arahan Garin Nugroho yang visioner dan hasil kerja luar biasa dari tim kreatif yang berbakat, Samsara menawarkan sebuah pengalaman sinematik yang berani dan berkesan, yang menyatukan bentuk seni, nuansa, dan tradisi masa lalu serta masa kini di Indonesia.