Skip links

Perspective Cinematography Working Overseas

Sinematografi dalam sinema Asia sedang mengalami periode pertumbuhan dan transformasi yang dinamis, ditandai dengan meningkatnya keterlibatan sinematografer luar negeri. Seiring dengan berkembangnya industri film di Asia dan menarik perhatian internasional, kolaborasi lintas batas semakin umum, menggabungkan berbagai sensibilitas artistik dan keahlian teknis. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan film yang menarik secara visual dan dapat dipasarkan secara internasional, sinematografer luar negeri akan terus memainkan peran penting dalam membentuk penceritaan visual sinema Asia. Perpaduan narasi lokal dengan perspektif global dalam sinematografi diharapkan dapat mendorong evolusi industri, mendorong batasan, dan menciptakan film yang beresonansi dengan penonton di seluruh dunia.
 
Jadwal

Lokasi : LPP Enthusiastic – LPP Yogyakarta

Tanggal : Friday, December 6, 2024

Waktu: 13:00 – 15:00 (WIB)

HTM: Gratis

 

PEMBICARA:

Dimas Bagus

Dimas Bagus

Sinematografer

Dimas Bagus mengawali karirnya dengan membuat film pendek berjudul Wan An yang meraih film pendek terbaik pada FFI 2013. Dimas Bagus juga membuat beberapa series diantaranya berjudul Sore Istri Dari Masa Depan (2016), Saiyo Sakato (2019) dan Yang Hilang Dalam Cinta (2021).
Kini Dimas Bagus telah menyelasaikan 3 film layar lebar diantaranya berjudul Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023), Sampai Jumpa Selamat Tinggal (2023), dan 1 Kakak 7 Ponakan (2024). Saat ini Dimas Bagus juga sedang dalam proses shooting film layar lebar keempatnya, dengan judul yang belum bisa disampaikan ke publik.
Dimas Bagus percaya bahwa antara cerita, penyutradaraan, dan konsep sinematografi harus menjadi satu bagian yang saling terkait, terkoneksi, dan saling menguatkan.

Gunnar Nimpuno

Gunnar Nimpuno

Sinematografer

Gunnar Nimpuno adalah salah satu director of photography (DoP) paling menonjol dalam perfilman kontemporer Indonesia, dikenal dengan pendekatan visualnya yang bervariasi, mulai dari gaya dokumenter realis hingga film bergenre dengan sentuhan artistik yang sangat khas. Karya-karyanya memperlihatkan gaya yang mentah sekaligus memukau.
Pengalaman Gunnar yang luas dimulai dari dunia periklanan, yang selaras dengan latar belakangnya dalam komunikasi visual. Ia memulai karier sebagai asisten juru kamera untuk sejumlah DoP veteran di film-film komersial, pengalaman yang membentuk perspektif dan keterampilan teknisnya yang unik.
Sejak itu, ia telah menjadi sinematografer untuk berbagai film terkenal di Indonesia, termasuk The Dreamers (2009), Modus Anomali (2012), Atambua 39ºC (2012), The Killers (2014), dan film bela diri yang sangat dinanti, Pendekar Tebu Emas, yang dirilis pada Desember 2014 dan dipamerkan di Sea Screen Makassar 2014. Ia juga menggarap The Night Comes For Us (2018), yang semakin mengukuhkan reputasinya sebagai DoP terkemuka dalam perfilman Indonesia.

Moderator:

Bayu Prihantoro

Bayu Prihantoro

Sutradara

Seorang pembuat film otodidak dan juga alumni dari Asian Film Academy. Film debutnya yang berjudul “On the Origin of Fear”, diputar perdana di Venice International Film Festival 2016 dan memenangkan Blue Angel untuk Penghargaan Best Short Film Award pada the Art Film Fest Kosice di Slovak 2017. Film terbarunya, 'Vania on Lima Street', memenangkan Best Short Film Award dati Singapore International Film Festival 2022 dan mendapat Special Mention di Hiroshima International Film Festival 2023. Saat ini dia sedang mengembangkan proyek debut film panjang peramanya dan juga mengajar di Univesitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Indonesia