artwork 4

Messages from Program Director

Kata Pengantar dari Direktur Program

Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) edisi tahun lalu adalah babak baru festival. 

 

Diadakan pada masa-masa yang penuh kekhawatiran karena pandemi, JAFF kembali menjadi ruang temu secara fisik setelah sebelumnya mau tidak mau menyapa secara daring. Kerinduan berpadu antusiasme hadir. Banyak orang dengan disiplin protokol kesehatan yang tinggi silih berganti berdatangan. Pertemuan secara langsung yang harusnya menjadi ritual setiap tahun kembali terjadi. Lantas bagaimana mempertahankan atau bahkan menambah semarak festival yang sudah besar di tahun lalu untuk dibawa ke edisi ke-17 tahun 2022 ini? 

 

Usia 17 menjadi usia yang seringkali dianggap menjadi penanda penting di Indone ini, perayaan ulang tahun dikhususkan. Dalam pesta yang meriah menandakan seseorang telah berdiri di batas akhir perkembangan remaja untuk menuju ke sebuah kedewasaan. Mereka yang berusia 17 tahun adalah mereka yang mulai bertanggung jawab dengan semakin matang dalam berpikir dan mengambil keputusan. Bagi JAFF, edisi ke-17 lebih dari sekedar perayaan. Edisi ke-17 adalah edisi merefleksikan, memperkuat, menegaskan identitas JAFF sehingga JAFF menjadi festival yang penuh kehangatan dan kebertahanan dalam bertumbuhnya kreativitas dan keterbukaannya untuk siapapun yang mencintai film. 

 

Terdapat lonjakan drastis secara jumlah pendaftar dari tahun sebelumnya untuk edisi tahun ini yaitu naik lebih dari 700 persen ke angka 3000 lebih. Tim program kemudian menyeleksi film film ini hingga sampai di hari ini: hari festival dimana teman-teman dapat melihat hasilnya. Dalam beberapa rapat, kami selang-seling pemilihan film dengan beragam cerita masing masing. Maklum karena tim program terpisah jarak bahkan waktu lintas kota, lintas benua. Sejak awal, kami selalu buka dengan ide-ide untuk edisi terbaru. Kecairan dan keliaran yang sangat menyenangkan. 

 

Seperti edisi tahun lalu, kompetisi utama masih menggabungkan dua jenis penghargaan sekaligus: Hanoman dan NETPAC. Bukan kebetulan bahwa tahun lalu dimenangkan oleh film yang sama. Ada 13 film tahun ini yang berkompetisi dari 10 negara dengan 7 film merupakan karya film panjang perdana dari sutradara. Kompetisi film pendek dalam program Light of Asia (9 film dari 6 negara) dan Indonesia Screen Awards yang dikhususkan untuk film Indonesia hadir kembali. Tahun ini juga menandakan kembalinya penghargaan yang sebelumnya absen yaitu Geber Award, yang merupakan pilihan dari juri perwakilan komunitas dan Student Award. 

Dalam program Asian Perspectives, kami menghadirkan 24 film dari 10 negara. Kami juga menghadirkan dua program baru yaitu Panorama dan Emerging. Panorama adalah program 

dimana film-film yang berkeliling dalam sirkuit festival internasional ditayangkan di Indonesia. 

Panorama bertujuan untuk melihat bagaimana dunia lewat festival film melihat film-film Asia baik bentuk bercerita dan peristiwa, juga penonton JAFF untuk turut menjadi bagian dari sinema dunia di tahun yang sama dengan menonton film-film tersebut. Emerging adalah program khusus untuk pembuat film yang kami rasa potensial untuk diberikan kesempatan, diperkenalkan dan dapat kita ikuti jejak perkembangannya dalam beberapa tahun ke depan. 

 

Selain itu, kami juga memiliki program untuk penonton “khusus” seperti Film Anak dan Bioskop Bisik. Kami juga memberikan unjuk gigi untuk beberapa film panjang Indonesia dan film-film dari mahasiswa Jogja Film Academy. Dalam Forum Komunitas, secara khusus kami menayangkan film-film pendek yang disutradarai oleh perempuan dari berbagai kota dan pulau di Indonesia. Ini sangat penting mengingat secara jumlah sutradara perempuan masih minim yang tentu berimbas dalam keragaman perspektif dan cara bertutur. Selain itu, kami juga membuat program khusus berjudul Sepakbola untuk Semua yang mencoba mengajak penonton memahami seluk beluk sepakbola Indonesia dari kacamata suporternya. Program ini dibuat dalam rangka terus menyerukan pembaruan sistem sepakbola Indonesia selepas banyaknya korban jiwa dalam peristiwa Stadion Kanjuruhan. 

 

Program Classic, kami akan menayangkan film dari sutradara perempuan Indonesia, Ratna Asmara berjudul Dr. Samsi. Film ini menurut catatan dibuat pada tahun 1952, telah didigitalisasi dan diriset oleh kawan-kawan dari Liarsip, sebuah kelompok yang berfokus pada pengarsipan dan riset soal sejarah perempuan dalam sinema Indonesia. Selain itu, dua film Wong Kar-Wai: In the Mood for Love dan Chungking Express juga ditayangkan dan menjadi kesempatan untuk penonton menyaksikan kedua film tersebut dalam ruangan bioskop. Kami membuka film ini dengan Piknik Pesona, produksi dari Palari Films dan disutradarai oleh 10 sutradara yang beberapa diantaranya tumbuh dan berkembang dalam area dan arena akar rumput, termasuk JAFF. Kami menayangkan langsung 10 film tersebut dalam 1 kali kesempatan dan per 5 film dalam kesempatan lainnya. Sembari menerka, seberapa sejauh mana batas penonton terlebih dengan semakin maraknya durasi film yang panjang dalam 

industri populer.

Alexander Matius

Alexander Matius

Program Director