artwork 4

Messages from Festival Director

Mari Kembali Saling Tersenyum

Hal yang paling saya suka dari sebuah festival adalah pertemuan-pertemuan. Senyuman bisa menjelma menjadi sebuah energi yang besar dalam pertemuan-pertemuan itu. Tahun ini Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) kembali pada pelaksanaan normalnya seperti sebelum pandemi terjadi. Film diputar, tamu didatangkan, panggung digelar, meja-meja dan emperan bioskop siap menjadi saksi dari pertemuan-pertemuan itu. Pandemi mengajarkan kita semua untuk semakin menghargai arti sebuah pertemuan. Seperti komitmen dari tahun-tahun sebelumnya, jika sepanjang tahun kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas, pelaksanaan JAFF dirancang untuk menjadi rangkuman perjalanan film Asia dan Indonesia sepanjang tahun. JAFF siap menjadi tuan rumah dari pertemuan-pertemuan pecinta sinema. Dan sudah menjadi ciri khas bahwa kita semua adalah bagian dari hospitality JAFF. Kita semua lah yang menentukan nyaman atau tidaknya JAFF. Kita semua adalah wajah dari JAFF itu sendiri.

 

Tahun ini saya harus berterima kasih untuk Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Bantuan pendanaan dari Dana Indonesiana menuntut JAFF untuk terus berbenah baik secara pelaksanaan dan juga organisasi. Sebelum dan sepanjang festival berlangsung, sekaligus kami akan melangsungkan Kelompok Diskusi Terarah (FGD) untuk pengembangan JAFF dengan tentang Akumulasi Sumber Daya dan Pengetahuan, Konsolidari Mitra Strategis Nasional dan Internasional untuk merumuskan rencana keberlanjutan JAFF kedepannya. Tanggung jawab yang besar jika dalam beberapa tahun ke depan JAFF tidak berbenah dan berkembang. Untuk itu mohon partisipasi aktifnya untuk semua pengunjung dan tamu festival agar memberi masukan, kritikan yang seobyektif mungkin agar JAFF menjadi semakin dewasa.

 

Tema festival dipilih setiap tahunnya. Tema yang menurut kami bisa mewakili semangat pelaksanaan festival, maupun pembacaan kami atas sinema Asia masa sekarang dan kedepannya. BLOSSOM dengan cepat kami tentukan untuk mewakili semangat JAFF edisi ke-17 tahun ini. 17 tahun adalah sebuah angka usia yang ikonik. Kami sedang mekar dan merekah. Dukungan dari penonton dan kolaborasi dengan berbagai partner membuat dan menuntut kami untuk terus menjadi lebih dewasa. Bakat-bakat baru tumbuh dan mulai bermekaran. Dengan alasan tersebut pula untuk pertama kalinya JAFF memilih kumpulan film-film pendek sebagai film opening. Film dari sutradara-sutradara muda yang sebagian dari mereka karirnya dimulai dari dan melalui JAFF. ‘Piknik Pesona’ yang berisi kumpulan 10 film pendek akan menjadi film pembuka tahun ini. Saksikan keberanian bertutur anak-anak muda sinema Indonesia.

 

Setiap tahun kami juga memilih seniman visual untuk artwork resmi dari JAFF. Tahun ini adalah tahun pertama kami mempunyai karya seni obyek tiga dimensi karya Octo Cornelius. Objek tersebut juga akan diintrepretasi oleh Iwan Effendi menjadi karya drawing animasi. Nikmati karya spesial tersebut di berbagai elemen visual festival tahun ini. Bumper opening festival, merchandise resmi dan berbagai elemen di setiap sudut venue festival. Tahun ini ratusan volunteer juga kembali akan menjadi wajah dari pelaksanaan JAFF.  Forum Komunitas juga kembali kami laksanakan, ratusan aktifis-aktifis komunitas film akan hadir dari berbagai daerah di Indonesia.  Sudah menjadi komitmen JAFF untuk berdiri dengan tiga kaki utama: Bakat-bakat baru, Akademisi dan Profesional. Public Lecture setiap tahunnya selalu digelar dengan beberapa urgensi tema yang kami pilih, termasuk dua tema yang menarik dan jarang dibicarakan: Film Subtitling dan Film Publicist.

 

JAFF tahun ini akan menghadirkan 130 judul film dari 19 negara yang akan terangkai dalam program utama JAFF seperti Asian Feature Competition, Light of Asia, Asian Perspective, JAFF Indonesian Screen Awards akan memastikan kemeriahan festival yang akan berlangsung selama seminggu ini. Selain itu juga ada tiga program baru yang dimulai di tahun ini: Program Emerging untuk sutradara-sutradara film pendek baru, Program Panorama untuk showcase film-film Asia, dan juga Program Series untuk serial yang belum pernah tayang di platform digital. Focus on Ho Yuhang dan dilanjutkan dengan Masteclass menjadi salah satu program special kita tahun ini. Ho Yuhang adalah pembuat film yang sejak pelaksaan festival pertama kali sudah turut aktif. Selain Ho Yuhang, JAFF juga akan memutar karya-karya sutradara yang sudah established seperti Jafar Panahi, Garin Nugroho, Lav Diaz, Hong Sang Soo hingga karya klasik Wong Kar Wai.

 

Catatan terhadap pencapaian film Indonesia harus diberikan secara khusus. Film Indonesia benar-benar sedang berkembang. Kebangkitan jumlah penonton dengan cepat sejak pandemi tidak ada yang bisa memprediksi. Di sesi kompetisi utama festival tahun ini, untuk pertama kalinya ada tiga film Indonesia. Gina S. Noer yang dua tahun lalu menjadi film terbaik di JAFF ISA tahun ini masuk ke kompetisi utama dengan film terbarunya Like & Share, bersanding dengan film dua film festival darling Before, Now & Then karya Kamila Andini dan Autobiography karya Makbul Mubarak. Senang sekali menerima karya terbaru dari pembuat film yang tubuh bersama JAFF seperti Djenar Maesa Ayu, Dain Said, Wo Ming Jin, Yuda Kurniawan, BW Purbanegara, Ismail Basbeth, Robby Ertanto dan juga pembuat fim pendek seperti Reza Fahriyansyah, Eden Junjung, Loeloe Hendra dan Aco Tenri. Setelah AUM!, tahun ini salah satu alumni Jogja Future Project juga telah menyelesaikan filmnya dan masik ke kompetisi JAFF-Indonesian Screen Award, Alang-Alang karya Khusnul Khitam. Catatan khusus juga saya berikan untuk program Layar Komunitas yang tahun ini mengkurasi semua karya dari delapan bakat baru sutradara perempuan Indonesia.

 

JAFF tidak bisa tumbuh sendiri. Kami senang sekali beberapa festival terselenggara di beberapa kota seperti Balimakarya dan Jakarta Film Week. Setiap festival mempunyai kuota pemutaran yang terbatas, sedangkan karya-karya bagus terus bertambah setiap tahun. Film memiliki penonton dan karakternya masing-masing, semakin banyak Film Festival maka budaya menonton di Indonesia akan semakin kuat. Semakin banyaknya penonton yang datang untuk menikmati JAFF, semakin banyaknya pembuat film yang mendaftarkan filmnya untuk diputar ke JAFF maka dituntut bertambah pula ruang-ruang apresiasi dan pemutaran baru untuk film-film berkualitas yang terus lahir tersebut. Semoga semakin banyak festival film berlangsung di Indonesia.

 

Terima kasih untuk semua partner pendukung JAFF yang tahun ini terus konsisten mendukung penyelenggaraan JAFF. Cinema XXI dan KlikFilm yang terus konsisten menjadi venue pemutaran film kami. Kemendikbudristek, Dinas Kebudayaan DIY dan Lembaga Sensor Film yang selalu memberi dukungan.  Dan juga terima kasih untuk semua partner pendukung kami tahun ini Artotel Suites Bianti, MLDspot, Bioskop Online, Vision+, Vidio, Grand Kangen Hotel, Citra Net, RK Studio, ATM Production, Telkomsel, Bengkel Acting Kuma, Servis Bahasa, Kwikku, Cantrik, The Publicist, Jogja Film Academy, FEB UGM, Panasonic, Epson dan teman-teman di Jogja Festivals.

 

Mari kita tumbuh bersama merayakan identitas kita melalui sinema Asia! 

Ifa Isfansyah

Ifa Isfansyah

Festival Director