Skip links

Closed Caption in collaboration with Servis Bahasa

Mendengarkan Teman Tuli

Membayangkan Closed Caption bersama target penonton utama melalui “Senandung Senyap”

Jogja-Netpac Asian Film Festival tahun 2023 kembali digelar dengan mengangkat tema Luminescence sebagai tema festival yang menggarisbawahi pentingnya memiliki perspektif inklusif dalam melihat sinema Asia dari pelbagai asalnya.  Sebagaimana fenomena pendaran  di alam, cahaya yang distingtif dari sinema Asia memancar dari karakteristiknya, ketimbang dikonstruksi oleh kekuatan di luar dirinya. Perspektif inklusifitas tersebut tercermin dari beberapa program yang digelar yaitu Bioskop Bisik yang akan memutar film khusus untuk audience tunanetra. Setiap penonton akan ditemani oleh satu teman bisik yang akan menemani selama pemutaran film berlangsung. Selain itu ada program Public Lecture Closed Caption Subtittle yang merupakan program kolaborasi dengan Servis Bahasa. 

Saat ini, kita hidup di dunia yang lebih inklusif (atau setidaknya berusaha untuk menjadi lebih inklusif) terhadap disabilitas, khususnya, akses ke media audiovisual. Closed Caption (CC) atau yang juga dikenal sebagai Subtitles for Deaf or Hard of Hearing (SDH) adalah praktik penyajian teks tertulis yang menjelaskan dialog dan dimensi paralinguistiknya, juga musik dan suara yang terkandung dalam soundtrack di layar, agar pemirsa yang memiliki gangguan pendengaran dapat memahami dan mengapresiasi materi audiovisual.

Pada tahun 2006, Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, mendesak negara-negara anggota untuk mengambil langkah yang tepat yang diperlukan untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas dapat mengambil bagian atas dasar kesetaraan dengan orang lain dalam menikmati akses ke program televisi, film, teater, dan kegiatan budaya lainnya dalam format yang dapat diakses. Bahkan, di negara-negara seperti Inggris, SDH telah ditawarkan sejak tahun 1980-an.

Closed Captions (CC), atau SDH, apa pun sebutannya, sebenarnya sudah ada sebelum keberadaan format audio visual melalui film bisu di awal tahun 1920-an dalam bentuk teks yang disebut intertitles. Teks ini menampilkan dialog dari film atau penjelasan tentang adegan dan sering kali dibuat dengan nuansa kreatif untuk mendapatkan efek visual yang maksimal, meskipun tidak secara khusus dirancang untuk Tuli  atau orang dengan hambatan dengar.

Saat ini, pembuatan closed caption sudah semakin lazim, namun masih condong pada pendekatan pragmatis yang lebih menguntungkan untuk industri hiburan massal. Program khusus ini bertujuan untuk menyajikan pendekatan baru untuk closed caption dengan “Sonorous Melody” (Senandung Senyap), sebuah film yang melibatkan komunitas Tuli dengan  bahasa isyarat di Yogyakarta dalam proses pembuatan closed captionnya. Telah tiba masanya bagi kita untuk balik mendengarkan komunitas Tuli tentang bentuk closed caption saat ini dan harapan mereka tentang aksesibilitas yang sebenarnya untuk merasakan kegembiraan dan perasaan yang sama dalam media audiovisual.

Jadwal

Venue : LPP 1 – Enthusiastic

Schedule : Tuesday, 28 November 2023

Time : 10:00 – 12:00 WIB

Pembicara:

Dewangkoro Rinugroho

Dewangkoro Rinugroho

Film Producer

M. Ismail

M. Ismail

Co-producer

Yudi Aditya Nugraha

Yudi Aditya Nugraha

Sign Language Interpreter

Arif Wicaksono

Arif Wicaksono

Sign Language Transcriber

Sukri Budi Dharma

Sukri Budi Dharma

Founder Jogja Disability Arts

Moderator:

Ika Wulandari

Ika Wulandari

Subtitle Writer