Skip links

Tanya Jawab dengan Sutradara ‘Badrun & Laundry’ Garin Nugroho

Film terbaru Garin Nugroho mengisahkan sosok Badrun yang mengenakan pakaian yang ia temukan di dalam tas laundry untuk menyamar menjadi berbagai macam orang di desanya. Sebuah alegori politik yang tajam tentang apa yang terjadi di Indonesia saat ini.


Garin Nugroho:

Saya sejujurnya, kesepian, dan marah dengan apa yang terjadi pada negara kita.
Kita tahu film ini tidak akan populer, bahkan di Banjarmasin. Tapi menurut saya, suara sekecil apapun harus didengar. Sekecil suara jangkrik atau suara malam, itu akan menjadi semacam orkestra bagi bangsa ini di tengah kegelapan. Aksi bunuh diri yang dilakukan oleh Pak Ali adalah simbol keputusasaan kita terhadap kondisi ini. Karena kita dipaksa untuk diam dan orang-orang tanpa malu-malu membenarkan diri mereka sendiri. Desa ini mencerminkan dunia sosial-politik kami. Ada banyak orang yang keluarganya meninggal seperti Pak Ali; anaknya meninggal karena alasan yang tidak diketahui, dan tidak ada yang membelanya. Daerah Kalimantan memiliki hutan dan mineral terkaya, dan ketika orang-orang masuk, hutan itu akan hancur, dan saya sadar akan bahaya dari pembuatan film ini,
Mengapa saya membunuh karakter Pak Ali? Karena sebagian dari kehidupan bangsa ini sebe- narnya telah bunuh diri tanpa bisa memprotes korupsi dan tanpa peduli terhadap berapa banyak orang yang mati.

Tanggapan Sakdiyah Ma’ruf (Komika wanita)

Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pak Garin dan tim atas film yang menyentuh hati ini. Bukan hanya film yang indah, bagi saya ini adalah film yang sangat pent- ing karena sangat lantang. Meskipun ada unsur komedi, namun ada beberapa hal yang mencerminkan keprihatinan saya yang saya sampaikan dalam komedi juga.
Film ini menjadi lebih tajam karena mengkritik banyak hal yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti politik, agama, korupsi, terorisme, dan pelecehan seksual. Tidak ada satupun yang luput. Seluruhnya berkisah tentang bangsa kita yang sedang sakit. Saya sangat menghayati karakter Pak Ali, yang merasa seperti kita semua, dipaksa untuk menyaksikan segala sesuatu yang terjadi di negara kita, tanpa bisa berkata apa-apa.

News Contributor: Wong Tuck Cheong

Photos: JAFF Documentation Team