Setelah berjibaku bertahan dalam kondisi pandemi, khalayak memulai tahun ini dengan banyak harapan, terutama asa bahwa dunia akan pulih dan hidup keseharian kita kembali “normal”. Namun, semesta hanya bergerak maju. Oleh sebab itu, sekalipun status “pandemi” dicabut, tetap saja kita tidak akan pernah sepenuhnya kembali ke era sebelum pandemi. Bagaimana pun, dunia dan kita sudah terlanjur berubah.
Jauh panggang dari api. Tahun ini kita malah menyaksikan memanasnya konflik dan terjadi krisis dalam skala makro, seperti perang antarnegara, kebangkrutan negara, dan ancaman resesi global. Tragedi kemanusiaan terjadi bertubi-tubi. Acap kali manusia mesti turut menanggung dampak dari sesuatu yang mulanya terjadi di kejauhan, dan seakan tidak ada sangkut-pautnya dengan pilihan kita sendiri. Sesuatu yang bahkan tidak sungguh-sungguh kita dipahami. Dan pada akhirnya, kita seolah tidak memiliki pilihan lain selain menghadapi dan bertahan menjalani, sembari perlahan membenahinya.
Melalui kedua belas film dalam program Asian Perspective, kita tidak hanya akan meneropong kisah kehidupan manusia di berbagai konteks ruang-waktu, melainkan juga diajak untuk merefleksikan kemanusiaan kita. Gagasan besar mengenai kemanusiaan tidak bisa tidak menghiraukan pengalaman konkret dari tiap-tiap manusia. Bahwasanya kehidupan manusia selalu berada dalam tarik-menarik antara masalah dan krisis dengan kebingungan, ketakutan, keputusasaan, sekaligus pula harapan.
Sekalipun manusia kerap kali dikecewakan oleh harapannya sendiri, tetapi harapan juga yang membuat kita mampu terus berjuang. Seperti berkas cahaya di ujung lorong gelap yang menuntun manusia untuk tetap melangkah. Harapan bahwa segala krisis dan tragedi kemanusiaan akan segera berlalu. Serta harapan bahwa generasi baru akan hidup dalam dunia yang lebih baik daripada saat ini. Seperti yang dikatakan oleh penyair Do Jong-Hwan dalam puisinya Flowers That Bloom When Shaken: “Where have flowers blooomed but never trembled? Even those most beautiful all trembled as they blossomed, and as the they shook, stalks grew firm…”. Mungkin suatu saat nanti, ketika tengah mengenang waktu yang telah berlalu, manusia akhirnya menyadari betapa banyak pelajaran yang diberikan dunia, dan bagaimana kemanusiaan kita sudah bertumbuh seiring itu.
Alexander Matius
Gorivana Ageza